Saat hari pertama itu, aku
seperti gadis bodoh, polos, dan lugu. Aku memasuki kelas baruku, XI IPS1 dan
duduk di bangku deret ke3 baris ke5, tepatnya bangku paling belakang,
sebenarnya bukan paling belakang karena di belakangku masih 1 deret bangku
lagi. Tapi tetap saja judulnya di belakang. Menyebalkan! Padahal saat kelas 1
di kelas X.1, aku duduk di bangku paling depan -____-
Di bangku deret ke4 baris ke5, tapat di sebelah kananku, seorang anak lelaki duduk sendirian di sana. Dalam pikiranku, 'mungkin karena dia duduk di bangku paling belakang, jadi dia sendiri karena semua bangku sudah terisi'. Matanya terpejam. Sepertinya dia terlihat sedang tertidur. Pulas sekali tidurnya, padahal suasana di ruang kelas sangat gaduh.
Hari-hari telah berlalu. Aku
semakin penasaran dengan anak lelaki itu. Aku sebenarnya sudah tau namanya,
Adit. Tapi sepertinya, nama saja tidak cukup. Karena saking penasaran, aku
memberanikan diri bertanya kepada salah seorang temanku yang duduk di
belakangku, namanya Yani. Dan ternyata, Adit adalah ex/mantannya.
Yani menjelaskan secara singkat
tentang hubungan mereka. Entah bagaimana sehingga hubungan mereka berakhir.
Tapi saat dia menjelaskan, aku mengambil kesimpulan kalau mereka BELUM RESMI
BERPISAH! Tentu saja, karena di antara mereka belum ada satu pun yang
mengucapkan kata PUTUS!
Aku juga tidak begitu mengerti,
tapi sudahlah! Adit sekarang juga sudah punya pacar, namanya Siska. Dan Yani
juga sudah punya pacar, Yuan. Yani dan Adit sekarang sudah tidak akrab lagi.
Mereka sangat jarang berkomunikasi, bahkan bisa dibilang TIDAK PERNAH. Padahal
dari cerita Yani, sebelum mereka pacaran, merek adalah sahabat yang sangat
dekat, saling bercanda dan tertawa bersama. Tapi sekarang... Sudahlah! Hubungan
mereka bukan urusanku.
Aku selalu menoleh ka arah
kananku. Tentu saja ke arah Adit. Mungkin saat aku memperhatikannya, dia merasa
risih denganku, dan membuatnya berbalik menatapku. "Apa?" Tanya'nya
dengan nada datar. Itulah kata pertama sekaligus pertanyaan pertama yang ia
lontarkan kepadaku. "Tidak." jawabku sambil mengalihkan pandangan ke
tempat lain. Setelah itu, ia kembali menatap kosong lurus di depannya.
'Dasar cowok sengak!' ucapku
dalam hati. Lelaki ini sangat aneh. Sifatnya dingin, misterius, dan tertutup.
Dia jarang sekali tersenyum ataupun berbicara. Walaupun harus berbicara, pasti
jika hal itu menurutnya sangat penting. Pasti tidak ada satu pun gadis yang mau
dengannya. Tapi pemikiranku salah. saat ini dia berpacaran dengan Siska. Gadis
dari sekolah lain.
Sulit sekali untuk bisa akrab
dengannya. Tapi entah ada angin apa, dia mulai berbicara denganku. Aku lupa apa
yag saat itu ia katakan. Tapi itulah yang membuat kami akrab.
Aku sedang sibuk menyalin, dia
selalu saja muncul dan duduk di bangku yang ada di hadapanku dan berbalik ke
arahku. Aku yang dipandangi seperti itu, jelas merasa risih. Aku langsung salah
tingkah, memukul kepalanya dengan pulpen lalu menutup wajahku dengan buku.
Hampir setiap hari seperti itu.
Hingga akhirnya aku tau kalau ternyata dia tinggal tidak jauh dari rumahku.
Hingga tiba saat penaikan kelas
di kelas XII, dia harus pindah. Sejak saat itu, aku merasa kehilangan sesuatu
tanpa tau apa yang telah aku temukan. Dulu sebelum kami akrab, dia abu-abu. Kemudian
dia berubah menjadi sosok yang penuh warna.
---
Satu tahun melalui hari-hari
bersamanya. Satu tahun juga melalui hari-hari tanpanya.
Memang. Bahagia & Sedih itu
satu paket.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar